Setelah memperlihatkan satu2nya ekornya di bawah cahaya bulan, Dae-woong bertanya pada Mi-ho, “Kalau begitu… kau masih sekarat?” Mi-ho menjawab kalau dia tidak bisa menghentikan keinginannya untuk menjadi manusia.
Dong-joo sedang sibuk memperhatikan lubang dalam gelas kaca ki yang sudah dia balik lagi. Dia melihat ketika hidup Mi-ho keluar, meninggalkan sedikit sekali sisa. Dong-joo meminta Mi-ho untuk menunggu sedikit lagi.
Dae-woong tidak percaya kalau Mi-ho masih sekarat. Setelah semua yang dia lakukan untuk melepaskannya pergi, dia masih sekarat. Mi-ho berkata kalau ini bukan hanya karena cinta – dia tidak mampu menghilangkan keinginan menjadi manusia, dan takut kalau di sisi Dae-woong, dia pasti sudah melakukan segalanya untuk tetap hidup dan bahkan menyerahkan seluruh hidupnya jika Mi-ho menderita. Setelah itu, Dae-woong bangkit dan meletakkan tangan Mi-ho di dadanya, “Kalau begitu ambil saja, ambil semuanya.”
Mi-ho menunduk, kaget, dan menjauh dari Dae-woong. Itu memperlakukan Mi-ho sama seperti apa yang tidak dia inginkan – sebagai monster! Dae-woong tidak peduli, dia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan Mi-ho. Dae-woong berkata kalau Mi-ho adalah gumiho yang menakutkan dan dia adalah manusia yang berada di bawah sihir, jadi Mi-ho harus memainkan perannya dan mengambil nyawanya. Dae-woong menarik pergelangan tangan Mi-ho dan berteriak agar Mi-ho mengambil nyawanya.
Mi-ho bahkan tidak berani memandang mata Dae-woong ketika dia melangkah pergi. Mi-ho berkata kalau Dae-woong adalah manusia yang sangat tidak dewasa dan dia akan kembali lagi nanti dan benar2 mengambil nyawa Dae-woong. Mi-ho meninggalkan Dae-woong dengan ancaman mati setengah hati.
Mi-ho kembali ke Dong-joo dan mengaku untuk memindahkan manik2nya saja. Dong-joo terperanjat pada kenyataan itu bahwa sejak saat Mi-ho datang padanya, Mi-ho sudah menyerah. Mi-ho tidak bisa menjadi manusia ataupun setengah manusia seperti dirinya. Jadi inilah jangkauan yang bisa dia lakukan untuk melindungi Dae-woong. Mi-ho meminta Dong-joo untuk mengembalikan manik2 itu pada Dae-woong dan berbohong padanya, jadi Dae-woong akan mengambilnya kembali.
Dong-joo bertemu dengan Dae-woong di atap sebuah gedung dan berbohong padanya – jika Dae-woong mengambil kembali manik2 itu dan mengisinya dengan sisa ki-nya, Dong-joo akan membunuh Dae-woong pada akhir hari ke-100 dan mengembalikan manik2 itu pada Mi-ho lagi untuk menyelamatkannya. Dong-joo mulai berkata kalau dia mengerti bila Dae-woong ragu.
Dan Dae-woong lalu menelan manik2 Mi-ho dalam sekali tegukan. Tanpa rasa takut, dia meminta Dong-joo untuk datang membunuhnya dan memastikan agar Dong-joo mengembalikan manik2 itu pada Mi-ho dengan selamat. Ketika Dae-woong pergi, Mi-ho muncul dan telah menyaksikan kejadian tadi secara utuh. Dong-joo bingung oleh keteguhan pendirian Dae-woong yang mau menyerahkan hidupnya untuk Mi-ho.
Mi-ho menghampiri Dong-joo sambil tersenyum tapi kemudian dia tetap saja bersikap bodoh dengan mengatakan kalau mereka harus pergi jauh dan tidak boleh muncul lagi dihadapan Dae-woong. Sedangkan, Dae-woong menyiapkan dirinya untuk menyerahkan hidupnya pada Mi-ho sedangkan Mi-ho bersiap-siap pergi. Dae-woong menangis ketika dia ingat dia tidak mampu ada disana untuk Mi-ho tapi dia puas karena mampu melindungi Mi-ho dengan nyawanya. Dong-joo memandangi Dae-woong dari jauh dan takjub pada pengorbanan yang dilakukannya.
Dong-joo muncul di bandara untuk bertemu dengan Mi-ho dan dia bertanya untuk yang terakhir kalinya apakah ini yang Mi-ho benar inginkan. Dong-joo mengatakan kalau dia berpikir cinta adalah melakukan apa yang orang lain inginkan, tapi kemudian menyesalinya selama seribu tahun. Dia bersumpah untuk tidak membuat kesalahan itu lagi, tapi kali ini, dia mengingat kembali langkah2nya. Jadi dia melakukan satu2nya hal yang bisa dia lakukan untuk melindungi Mi-ho, sebab seandainya dia memberikan nyawanya sendiri, itu tetap tidak akan menyelamatkan Mi-ho.
Dong-joo mengatakan yang sebenarnya pada Dae-woong dan mata Mi-ho berlinang air mata ketika Dong-joo mengakui kalau cinta mereka adalah cinta sejati. Mi-ho lalu berkata, “Kenapa kau melakukan itu? Kau kejam. Aku benci padamu. Tapi… terima kasih.” Dong-joo mengatakan kalau dia bukan orang yang akan bersama di sisi Mi-ho sampai akhir. Tapi, orang itu ada disana. Dae-woong berlari ke bandara dan Dong-joo meminta Mi-ho untuk menemuinya dan menyerahkan mereka pada takdir. Mi-ho menghampiri Dae-woong.
Dae-woong: Kau benar-benar… gumiho yang mengerikan sekali. Kau menyihir manusia dengan sihirnya dan mengambi ki-nya dan sekarang kau mencabik-cabik hatinya, kau gumiho yang menakutkan!
Mi-ho: Aku minta maaf. Tapi meskipun bersamaku mengerikan dan menakutkan, bisakah aku berada di sisimu?
Dae-woong memeluk Mi-ho dan Mi-ho membiarkan dirinya menangis di tangan Dae-woong. Di kuil, Biksu menjelaskan lukisan itu pada sekelompok wanita. Biksu itu menceritakan janji yang dibuat Nenek Moyang Kuil Samshin pada gumiho: jika gumiho menemukan suami yang mau memberikan hidupnya untuk sang gumiho, Nenek Samshin akan membiarkannya hidup di dunia ini. Salah satu wanita itu berbalik dan bergumam pada dirinya kalau janji adalah janji.
Nenek Moyang dari Kuil Samshin muncul dihadapan Dong-joo. Dia bertanya pada Dong-joo apa yang menurut Dong-joo benar: ‘Aku minta maaf’ (kata2 terakhir Gil-dal) atau ‘Terima kasih’ (Kata2 terakhir Mi-ho). Dong-joo tersenyum ketika dia menyadari siapa wanita itu dan berkata kalau ‘terima kasih’ adalah jawaban paling benar. Nenek tersenyum pada Dong-joo ketika dia berkata kalau Dong-joo baik2 saja jika begitu.
Dae-woong dan Mi-ho berjalan berpegangan tangan, tapi kebahagiaan mereka lenyap ketika mereka berjalan melewati pasangan yang sudah tua sebab mereka tahu mereka tidak akan sampai sejauh itu. Mereka saling berkata, “Sekarang, bersama denganmu – adalah kebahagiaan terbesar!” Mereka kembali ke loteng dan makan bersama. Dae-woong mencoba memaksa Mi-ho untuk makan kimchi, yang tidak disukainya, tapi Dae-woong mengatakan kalau Mi-ho harus makan kimchi kalau dia orang Korea. Mi-ho meminta sebuah ciuman di pipi jika dia memakan kimchi itu tapi Dae-woong malah menawarkan sebuah ciuman di bibir! Jadi, Mi-ho berencana untuk memakan semua kimchi di meja!!!
Mi-ho menunjukkan tea set yang dia beli sebagai hadiah pernikahan Bibi Min-sook. Dae-woong memuji Mi-ho karena tahu selera bibinya. Mi-ho bertanya-tanya apakah hadiah ini tidak tepat untuk sutradara Ban tapi Dae-woong mengatakan kalau lebih baik pria mencocokkan seleranya dengan selera istrinya. Mereka bertanya-tanya apakah mereka harus membeli satu set yang sama untuk mereka berdua tapi kemudian mereka menyadari fakta menyakitkan kalau mereka tidak akan pernah menikah dan pergi ke Cina. Mi-ho membuat alasan kalau tea set itu sangat mudah pecah dan mereka memutuskan untuk membeli yang tidak mudah pecah. Dae-woong setuju, “Ayo cari yang tidak mudah pecah!”
Ini adalah hari pernikahan bibi Min-sook dan ketika pengantin wanita khawatir pada kebiasaan kentutnya, sutradara Ban muncul dengan tampilan biasanya – jas plus kaca mata! Tapi untungnya Dae-woong ikut campur dan membantunya menghilangkan gugupnya dengan memanggilnya paman.
Pernikahan mulai dan ini adalah saat terbaik bagi pengantin wanita dan pria. Tapi di samping itu, ini juga hal terbaik buat pendamping pengantin. Soalnya Mi-ho dan Dae-woong saling lirik. Nenek Moyang dari Kuil Samshin muncul diantara kerumunan dan melihat Dae-woong serta Mi-ho dengan tatapn mengutuk dan khawatir. Ketika kakek melepaskan Min-sook, Bibi tiba2 saja terpeleset dan Doo-hong menangkapnya lalu bertanya apakah bayinya baik2 saja. Kakek gembira dan semua orang bersorak.
Setelah pernikahan, Mi-ho berkeliling dan berhenti ketika melihat pasangan pengantin yang mengenakan pakaian tradisional Hanbok. Dia mengingat penantiannya yang sepi lima ratus tahun yang lalu. Dae-woong bertanya apakah dia menyesal tidak menemukan pasangannya, tapi Mi-ho tentu tidak menyesali apa2 sebab dia terjebak dalam lukisan itu lalu bertemu dengan Dae-woong.
Tahu seberapa besar Mi-ho selalu ingin jadi penganti, Dae-woong menarik tangan Mi-ho dan mengajaknya mencari merah pipi (yang dibentuk bulat) lalu mereka berfoto bersama untuk merayakannya. Berikutnya, Mi-ho meletakkan foto itu di album ketika dia mengumumkan pada dunia, “Dalam lima ratus tahun, aku akhirnya menemukan pengantin pria-ku. Karena dia sangat sangat sangat sangat sangat mencintaiku, dia mau memberiku segalanya. Aku telah menemukannya.”
Hari ke seratus yang penting itu akhrinya tiba. Dae-woong mengatakan pada dirinya kalau dia tidak akan menghitung waktu atau menangis dan bahwa dia akan menghabiskan hari terakhir dengan Mi-ho dengan bahagia. Dae-woong menelan kesedihannya dan memasang wajah tegar. Dae-woong keluar dan bertanya pada Mi-ho apakah dia ingin pergi ke suatu tempat. Mi-ho bertanya apakah Dae-woong tidak lelah sebab dia sudah tidak tidur selama beberapa hari. Mi-ho mengeluarkan lotion yang Dae-woong belikan untuknya dan mengoleskan di wajah Dae-woong.
Mereka bertanya-tanya apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka berpikir untuk melakukan kembali kencan pertama mereka yaitu menonton film… kecuali yang Dae-woong miliki hanyalah hari untuk masa depan. Mereka memutuskan untuk menemui ajumma toko ayam tapi dia sedang pergi ke desa, jadi dia tidak akan kembali sampai besok.
Dae-woong bertanya-tanya kenapa semua orang (bahkan bibi Min-sook dan kakek) pergi sampai besok? Mi-ho akhirnya mengatakan kalimat itu keras2: “Besok… aku tidak akan ada disini!” Mereka memutuskan untuk pergi ke pancuran yang Mi-ho sukai, hanya saja, ketika mereka tiba disana, pancuran itu sedang diperbaiki sampai… besok. Mi-ho berkata kalau hal itu tidak apa tapi hal ini cukup membuat Dae-woong putus asa. Dia mulai gemetaran waktu berkata kalau harus hari ini lalu dia berjalan pergi dengan marah.
Dengan punggung dibalik jadi Mi-ho tidak akan bisa melihat, Dae-woong menangis. Mi-ho memandangi Dae-woong, tahu bahwa dia hanya memasang wajah tegar demi dirinya. Dae-woong menghapus air matanya lalu berbalik, tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Mi-ho. Mereka pulang ke rumah dan menyalakan kembang api dan Mi-ho bersinar karena gembira. Mereka menghabiskan sisa malam mereka di gym, sebab disanalah tempat dimana Dae-woong melihat diri Mi-ho yang sebenarnya untuk pertama kalinya.
Mi-ho: Apa kau benar-benar takut waktu itu?
Dae-woong: Ya. Tapi dibandingkan dulu, aku seratus kali lebih takut sekarang.
Dae-woong memegang tangan Mi-ho. Selanjutnya, Mi-ho menutup mata Dae-woong ketika Dae-woong mulai menangis. Air mata mulai meluncur, Mi-ho meminta Dae-woong untuk memikirkannya sebagai mimpi sejak pertama kali dia muncul. Dengan cara begitu, ketika Dae-woong membuka matanya, rasanya tidak akan sakit. Mereka menangis, dimana Mi-ho masih menutup mata Dae-woong untuk mencegahnya melihat dirinya menghilang.
Dae-woong: Jangan pergi.
Mi-ho: Lupakan semua yang menakutkan. Dan ingatlah aku sebagai mimpi yang benar-benar indah.
Setelah itu, Mi-ho mencium Dae-woong dan ekor Mi-ho mencuat di bawah cahaya bulan. Ekornya menghilang ketika butir pasir terakhir menetes di gelas waktu dan hanya seperti itu saja, Mi-ho menghilang. Dae-woong membuka matanya dan melihat kalau Mi-ho sudah pergi. Dan air mata sedihnya berubah menjadi amarah ketika dia berkata pada dirinya, “Sebuah mimpi? Ketika aku membuka mataku, rasanya tidak akan sakit?! Rasanya sakit sekali… bagaimana bisa kau hanya mimpi?!”
Dae-woong jatuh ke tanah dan terisak. Kembali ke Kuil, Nenek Moyang Samshin sudah kembali ke dalam lukisan. Dae-woong bangun keesokan harinya di gym dan menyesali dirinya karena sudah tidur dengan posisi seperti itu. Dia sadar kalau Mi-ho sudah pergi dan meninggalkannya sendiri disana dan Dae-woong menolak untuk membiarkannya pergi dengan cara seperti itu. Dia berlari ketika berkata:
Dae-woong: Mi-ho, kau pasti menangis, tapi tidak hujan lagi bila kau menangis. Tidak peduli betapa sedihnya kau, aku tidak tahu cara mengetahuinya… sebab kau tidak disini lagi. Mi-ho sudah pergi. Mi-ho sudah pergi. Mi-ho sudah pergi.
Dae-woong meneriakkan nama Mi-ho untuk yang terakhir kalinya. Dan kemudian dia berdiri di jalan truk yang sedang melaju. Dia berbaring di jalan masih sadar ketika dia mulai menangis. Hari mulai hujan dan Dae-woong memegang dadanya, gembira karena Mi-ho masih disana, di suatu tempat di jagat raya ini.
Dong-joo dan Nenek Samshin duduk di taman dan Dong-joo bertanya apa yang akan Nenek lakukan pada Mi-ho. Nenek berkata kalau dia tidak bisa mengembalikan gumiho yang sudah kehilangan sembilan ekornya dan memberikan ki-nya pada manusia tapi kemudian berkata lagi kalau mereka menunggu, mungkin surga akan ikut campur.
Beberapa bulan kemudian, film Dae-woong keluar dan menjadi best seller dan membuat dia serta Hye-in menjadi bintang. Bibi Min-sook sudah punya bayi dan Sun-nyeo serta Byung-soo berkencan. Dae-woong menjadi cover sebuah majalah dan Hye-in syuting iklan dengan… Hong-ki! Yep ada Hong-ki!!!! Dia disini sebagai Jeremy, mewakili A.N.Jell!!!
Sun-nyeo tahu kalau Hye-in naksir Jeremy dan jadi dia meminta Hye-in untuk melupakan ego-nya dan melakukan sesuatu. Kalau tidak, Hye-in akan berakhir seperti apa yang dia lakukan pada Dae-woong. Hal itu cukup untuk membuat Hye-in ketakutan jadi dia menelan harga dirinya dan melakukan taktik Mi-ho: “Aku sangat sangat sangat menyukaimu!” Lengkap dengan gerakan tangannya! Haha
Byung-soo juga muncul dengan film-nya sendiri. Dia menunjukkan pada Dae-woong naskah yang dia tulis sendiri – idenya sendiri – yaitu kisah cinta antara manusia dan hantu. Dae-woong mengatakan kalau seharusnya itu gumiho tapi Byung-soo membalas kalau gumiho terlalu sulit karena perlu special efek untuk ekor-nya yang sembilan itu. Jadi dia menggunakan hantu saja!
Dong-joo muncul di lokasi syuting dan Dae-woong senang melihatnya. Dia masih saja gaya-gayaan sebab dia adalah Dae-woong. Tapi mereka sangat bersahabat ketika bertemu. Dong-joo adalah professor sekarang sebab telah memutuskan untuk hidup diantara manusia. Dia bertanya apa Dae-woong masih menunggu. Dae-woong memegang dadanya dan mengatakan kalau tentu saja dia masih menunggu sebab Mi-ho belum pergi kemana-mana.
Dong-joo mengatakan kalau hari ini akan ada gerhana. Dong-joo berkata, “Matahari dan Bulan – mereka tidak bisa bersama-sama dalam satu tempat. Tapi mereka melanggar aturan itu dan muncul bersama-sama dalam gerhana…” Dong-joo mengatakan kalau gerhana itu akan muncul hari ini, pada hari dimana surga menjadi liar. Benar saja, gerhana mulai muncul dan hp Dae-woong mulai berdering. Hanya saja, dia sadar kalau itu bukan hp nya tapi hp Mi-ho. Dia menjawabnya dan Mi-ho ternyata memakai gerhana untuk bicara dengannya.
Dae-woong berlari mencari Mi-ho dan bertanya dia dimana tapi Mi-ho hanya menjawab kalau dia sedang memerhatikan Dae-woong dan bahwa dia sangat dekat dengan Dae-woong. Gerhana lewat dan koneksi mereka menghilang. Dae-woong menangis dan bertanya dengan marah apakah hanya begitu saja. Dia berpikir kalau seharusnya surga berubah liar – tidakkah itu berarti Mi-ho akan kembali padanya?
Dae-woong menangis karena tidak percaya dan tiba2 saja dari kejauhan, dia mendengarkan suara Mi-ho: “Woong…” Dae-woong melihat dan Mi-ho ternyatasedang berdiri disana, memanggil namanya. Dae-woong mendekat, sebab dia tidak tahu apakah dia sedang berhalusinasi dan menyentuh wajah Mi-ho untuk memastikan. Mi-ho menangis pada sentuhan ini. Dae-woong bertanya apa Mi-ho hantu dan Mi-ho akan menjawab tapi Dae-woong sudah memeluknya dan berkata tidak masalah.
Dae-woong: Tidak masalah jika kau hantu atau gumiho atau manusia. Tidak masalah. Sudah cukup kau ada di depanku. Jika kau kembali, rasanya sudah cukup.
Malam itu, mereka kembali ke loteng dan duduk di bawah cahaya bulan. Mi-ho bertanya apakah Dae-woong tidak penasaran apakah dia kembali sebagai manusia atau gumiho. Dae-woong berkata kalau itu tidak masalah tapi dia penasaran. Mi-ho: “Bulan tidak muncul dan semuanya. Haruskah kita berkeliling berhoi-hoi dan mencari tahu?”
Dae-woong senang melihat kalau Mi-ho tidak punya ekor yang membuat Mi-ho kesal karena itu artinya Dae-woong tidak baik2 saja bila dia gumiho. Mi-ho mengaku kalau dia masih punya satu ekor yang dia lingkarkan di pinggang Dae-woong. Mereka berbaring ketika Dae-woong berkata: “Seperti yang selalu, pacarku, dia masih saja… seekor rubah!”
The end.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar